10 Januari 2025. Tiga hari lalu. Aku menjalani operasi vitrektomi mata. Lensa mata ku yang katarak, yang sudah diganti dengan plastik silikon, itu jatuh ke dalam bola mata beserta jaringan pengikat lensa yang juga rusak. Vitrektomi artinya itu tadi; dengan jarum khusus cairan bola mata disedot beserta benda yang mau diambil. Operasi lancar dengan bius lokal. Hampir tidak terasa sakit; lebih sakit waktu mata ini dioperasi katarak 5 tahun lalu. Cukup cepat. 20 -30 menit... Karena selain pakai obat bius topikal alias tetes, dilakukan juga penyuntikan satu kali di pipi di bawah mata. Pokok-e tidak terasa apa2, kecuali waktu jarum yang masuk mata digetarkan.
Kalau lihat di Youtube, tiga alat seperti jarum-- ini disebut probe--ditusukkan ke mata. Satu untuk pencahayaan. Satu untuk masukkan cairan garam faali pengganti. Satu lagi untuk menghancurkan dan menyedot yang mau disedot. Jadi, sambil disedot, jarum lain memasukkan air. Dengan demikian tekanan dalam bola mata bisa bisa dipertahankan agar tepat. Optimal....
Besar atau ukuran jarum? Sebesar jarum suntik Terumo atau OneMed biasa. Diameter terbesar ukuran 23 gauge (0,64 mm), terkecil 27 gauge (0,41 mm). Kecil sekali ya, tapi ampuh sekali.
Jarum vitrektomi dirancang untuk memotong dan mengisap benda2 dalam bola mata dengan sangat efisien. Meski kecil sekali, kecepatan pemotongannya luar biasa. Bisa 10.000–20.000 potongan (cuts) per menit. Maka dengan sangat mudah jaringan yang mau diambil hancur berkeping2 menjadi partikel yang sangat kecil, untuk disedot keluar. Untuk kasus ku, yang diambil adalah lensa plastik silikon yang jatuh beserta jaringan pengikatnya yang ikut jatuh.
Alat di luar seberapa gede? Robot sebesar satu lemari dengan lengan2 yang bisa bergerak... lalu ada TV gede untuk melihat bagian dalam mata. Waktu operasi saya tidak melihat apa2, karena seluruh muka ditutup plastik steril dengan satu lubang di mata tadi. Tapi suara2 terdengar semua.
O ya, tekanan dalam bola mata diatur dengan teliti sekali. "Naikkan tekanan ke 40... Turunkan." lalu pada akhir operasi, terdengar "saya masukkan gas, ya," kata dokternya dengan lembut... Ya, dia dokter wanita, relatif muda, cantik, baik, dan komunikatif serta profesional sekali. Selama mata ditusuk2, aku tidak merasa apa2. Kecuali waktu jarum vitrektomi digetarkan. Terasa bergetar. Segera operasi selesai. Disuruh duduk di kursi roda, untuk didorong ke kamar rawat. (O ya, aku diminta menginap semalam untuk persiapan operasi.) Begitu turun dari meja operasi segera pasien lain diminta naik ke ranjang operasi bekas ku tadi. Pergantian pasien sangat cepat. Karena pasien banyak. Tapi semua petugas, dari dokter2 hingga perawat sangat profesional. Komunikatif, halus tutur katanya. Sigap kerjanya. (Di kamar operasi ada dua meja operasi untuk dipergunakan paralel).
Pulang dr RS, mata terasa nyaman sekali. Tidak sakit. Tidak ada yang mengganjal. Karena masih ada efek bius.
Sore, dan lewat 8 jam, baru terasa rada tidak enak. Kadang pegel dikit. No problem... 2 hari lagi akan lewat. Tidurnya? Diminta diganjal dengan 3 -4 bantai (Pada pasien vitrektomi untuk operasi retina mata, pasien disuruh tidur tengkurep 2 minggu atau lebih). Aku terlalu lelah. Cepat tidur meski posisi tidur sangat tidak enak.
11 Januari... Sehari setelah operasi diminta kontrol. Hasil pemeriksaan kurang bagus. Hanya bisa lihat terang atau gelap serta gerakan cahaya. Tangan di depan mata tidak keliatan... Kornea bengkak. Lalu ada endapan putih2 di depan iris mata. Hipopion istilahnya. Infeksi? itu yang paling ku takuti... Bukan, kata dokternya. Banyak radang saja. Maka obat tetes ditambah dua, jadi 4 jenis.
- Obat tetes steroid + antibiotik + anti jamur
- Antibiotik kuat, levofloxacin.
- Steroid lagi untuk dipakai tiap jam.
- lalu cairan garam kadar tinggi, 5%. Agar bengkak dapat diserap oleh cairan hipertonik ini.
Tiap 3 jam ditetesi. Kecuali steroid tambahan yang dipakai tiap jam. Repot sekali...
Pulang dari RS sudah sore. Capek. Masih muram dengan hasil pemeriksaan tadi. Lalu ada masalah di group WA yang mengganjal. Entah bagaimana, tau2 merasa seperti depresi berat... Tidak berdaya... Tidak ada harapan... Saya orang yang tidak pernah menyerah. Tapi kali ini merasa bener2 down...
Masalah utama bukan takut buta. Dari semula aku sudah bilang, mau sembuh, mau buta, itu cuma nasib saja. Tidak dipikir lagi... Jadi, apa dong yang paling membebani? Itu... Tidur harus pakai bantal tinggi itu. 😥 Aku tidur selalu tanpa bantal. ini mesti pakai bantal segitu tinggi. Rasa badan jadi tidak enak semua. Marah, tapi pada siapa. Apa bener sih, orang harus pakai bantal tinggi? Penasaran ‼
Maka mulailah perburuan literatur. Pelajari mendalam tentang keharusan tidur posisi tertentu... Yang banyak ditemukan, yang harus tidur tengkurep 100 % pada pasien operasi retina... 2 minggu... sengsara... Yang setengah duduk, seperti kasus ku, belum ketemu. Tapi perdebatan dalam hal posisi tidur ini seru sekali. Pada kenyataannya, 50% pasien tidak menjalankan perintah dokter dengan bener, katanya. Waktu tidur banyak orang bergerak2 tanpa sadar. Maka dicoba diteliti posisi tidur telentang. Salah satu percobaan bilang, hasilnya sama saja. Lalu ada penelitian yang mencoba tengkurep hanya 1 malam, untuk dibandingkan dengan yang 7 malam... Hasil baru akhir 2025 ini keluar... (Penelitian ini berjalan bertahun2. Ada yang puluhan tahun.)
Hehehe... Jadi lega... Karena artinya posisi tidur tadi mungkin bukan harga mati. Boleh ditawar dikit. Depresi berkurang banyak.
Meski belum ketemu penelitian2 asli tentang posisi setengah duduk, aku yakin akan sama dengan yang di atas itu. Tidak harus terlalu ketat... Jadi rada lega. Makan obat tidur Esilgan separo, meski sudah jam 02.30 pagi karena berburu literatur tadi... Tidur pules sampai pagi. Posisi pagi, bantal cuma satu. Badan geser sendiri.
Hehehe .... begitu lah kalau mau tahu kebenaran sejati... Tidak selalu langsung percaya kata orang lain, meski itu penelitian yang katanya terpercaya... Jadi sengsara sendiri.... 😊 Yo ben.
Jadi, posisi sekarang, mata yang dioperasi tetap belum bisa lihat. Kata saudara yang kornea nya pernah bengkak, bakal rada lama. Bisa 2 minggu. No problem... Rasa nyeri praktis sudah hilang. Tinggal tunggu sembuh.
That's all for now, my friends...
No comments:
Post a Comment