Thursday, February 6, 2025

Vitrektomi (4) - Obat merah untuk mata



Geser ke atas

Ini bicara povidone iodine... Apa itu? Itu lho, obat merah. Kalau disebut Betadine semua tahu. Aku sudah lama mikiri ini. Baru kali ini terlaksana.


3 hari sesudah vitrektomi... Operasi  ambil lensa plastik yang jatuh ke dalam mata. (Baca https://daringnet.blogspot.com/2025/01/vitrektomi-cerita-menjelang-tidur.html; https://daringnet.blogspot.com/2025/01/13-januari-2025.html).


Operasi sukses. Rasa nyeri tidak banyak. Hari 1, hari 2, OK semua. Hari ke 3, pagi hari, muncul tahi mata. Waduh... Bisa gawat nih. Infeksi? Bukan? Infeksi? Tetes mata antibiotik, 2 macam, yang dikasih oleh rumah sakit masih banyak. Guyur terus tiap 3 jam (eh, tetes, bukan guyur. Karena 1 tetes cukup.).  Mestinya, kalau infeksi, kuman akan mati dong, oleh antibiotik kuat LFX digabung neomisin. Seharusnya semua mati. 


Beberapa hari kemudian kontrol pasca operasi. Tidak apa2, kata dokternya. Itu sekreta atau cairan lendir mata... Fiuuh... Rada tenang. 


Aku tidak cerita. Mata yang dioperasi ini memang bermasalah. Sudah lama. Mungkin lebih dari 6 bulan. Tiap pagi ada tahi mata! Jadi, tanda tanya infeksi atau bukan itu sudah berjalan lama. Tapi tiap kali ke dokter mata, semua bilang tidak apa2... Biasa.... Kakek2 nenek2 ya itu keluhannya... Masalahnya, ini ada luka pasca operasi. Kalau kuman bisa masuk ke bola mata, mata bisa habis. Buta. Endoftalmitis istilahnya. Infeksi bagian dalam mata. Zaman kuliah dulu, endoftalmitis ini sinonim nya buta. Kalau kena, buta. Hampir semua... (sekarang beda).

 

Povidone iodine (PVI)


Jadi, gimana dong. Sudah lama mikir zat ini. Catat! Semua orang yang operasi katarak selalu ditetesi obat ini sebelum operasi. Sebentar. Semua kuman tewas, tak ada yang tertinggal. (Kecuali kalau pemakaian kurang bener). Dia salah satu zat paling kuat untuk basmi kuman. Kenapa tidak coba ini untuk mata ku?


Yang pasti, tidak masalah dipakai pada mata. Itu sebelum operasi... Ketika selaput masih utuh. Tapi bagaimana kalau sudah ada luka atau bekas operasi di mata? Itu yang aku tidak tahu... Lalu apakah dia akan bisa menghilangkan tahi mata kronis ini? Tidak tahu. 


Maka perburuan data dimulai. Search... Cari... Ketemu! Ada sekitar 10 atau belasan artikel tentang pemakaian obat ini. Tapi hampir semua penelitian untuk konjungtivitis. Itu lho, mata merah, yang sering menular di sekolah. Biasanya karena virus. Hasil penelitian, sebagian besar bagus, atau bagus sekali. Hehehe...  Hati rada tenteram. Jadi, bukan aku yang pertama coba... Tapi aku yang pertama coba untuk kasus tahi mata kronis ini. Mungkin... 


Persiapan dimulai. Cari data tentang pH, sifat2 kimia fisika obat tadi. Bagaimana pun deg2an tetap ada. Ini mata, lho. Dan belum ada yang coba... 


Akhirnya putusan diambil.  Bikin larutan PVI tadi ... 1% aja. Yang untuk luka itu 10%. Pakai yang generik. Campur air matang. Siapkan gelas cuci mata (Beli... Rp 1.200 sebiji. Beli banyak untuk dibagi2). Oya, bagaimana dengan sterilitas? Kan proses perbuatannya seadanya di rumah. Japri aja deh...


Di wastafel percobaan dimulai... Nyesss... Tidak begitu pedih. Kedip2kan mata. Tunggu setengah menit kira2.... Selesai. Sedikit perih. Skala 2 dari 10. 

Siang... Coba lagi. Jumlah cairan dikurangi. Cuma butuh sedikit mestinya. Tidak 10 cc yang merupakan kapasitas gelas cuci. Separo atau kurang... Beres

Malam. Bukankah obat tetes mata biasanya cuma 1 tetes? Coba... Pakai 2 tetes ya. Selesai.... 


Hari berganti. Pagi nya aku lihat. Hilang? Tidak... Tahi mata masih ada... Hmmm...Sedih juga. ... Gagal? Pikir lagi. Putar otak... Rangkai data2 yang sudah terkumpul. 


Dari mana tahi mata itu?


Tahi mata atau sekret mata itu campuran. Lendir mata, minyak, sel kulit mati, dan kotoran lain. Bisa  normal atau menjadi tanda infeksi atau iritasi. 


Tempat asalnya? 

  • Dia bisa berasal dari infeksi kelopak mata; termasuk akar bulu mata. Blefaritis kronis nama nya. Infeksi bakteri bisa ringan (misalnya, katanya, Staphylococcus aureus subklinis) bisa menyebabkan radang ringan; tanpa nyeri atau kemerahan yang mencolok..
  • Radang selaput mata (konjungtivitis) ternyata juga bisa kronis dan ringan sekali... low-grade istilahnya: tidak ada nyeri atau kemerahan nyata.
  • Saluran air mata juga bisa terganggu. Istilahnya dakriosistitis. Tersumbat. Bakteri  berkembang biak. Tapi sedikit sekali.
  • Kelenjar minyak mata (Meibom) juga bisa bermasalah. Juga bisa masalah alergi. 

Arti semua ini? Tidak cukup kalau  hanya meneteskan obat pembunuh kuman tadi. Seluruh mata harus kena. Gelas cuci mata harus penuh. Bilas seluruh bagian mata. 


Pagi ini juga cuci mata lagi. Dengan gelas cuci penuh. Siang, malam, banyak urusan. Lupa cuci mata... Kecuali obat2 yang harus diteteskan tiap 3 jam. 


Hari Kemenangan


Besok pagi nya, langsung cek mata... Hahaha ... Tidak ada lagi tahi mata... Berhasil... Sukses... 

Apa bukan karena 2 macam antibiotik lain yang tiap hari juga diteteskan terus, tiap 3 jam? Logikanya, bukan, ya. Itu sudah dipakai 10 hari lebih, tanpa perubahan. Antibiotik ini berhasil menumpas kuman2 lain. Tapi kuman penyebab tahi mata hanya bisa diatasi dengan povidone iodine tadi. Pada kasus ini. 



Bangun pagi. Masih sedikit merah. Tapi tahi mata tidak ada. Masih tetes semua obat. Sesudah ditetesi, kemerahan akan hilang. Lihat di bawah ini.



Ada kuman yang tahan terhadap 2 antibiotik keras tadi?


LFX + neomisin. Ini yang dikasih dari RS sejak awal... Biasanya, hampir semua bakteri bisa dibasmi. Tapi kuman yang dinamakan MRSA, Pseudomonas, Acinetobacter dan Klebsiela kadang bisa bertahan...  Terhadap povidone iodine? Semua binasa.. 


Tapi, ada syaratnya. Obat harus kontak dengan kuman minimal 2 menit, katanya. Dianjurkan 3 -5 menit. Baru dibilas dengan cairan lain. Ada teman yang bilang, tapi biasanya tidak segitu lama, dan  OK saja, tuh... Terserah. Tapi kalau kehati2an ini bisa melindungi 1 pasien di antara 5000 pasien dari kebutaan, itu jasa yang tidak kecil. Atau, paling baik bikin penelitian bersama. (Btw, semua ada risiko infeksi. Saya kirim pasien untuk operasi katarak di RS X. Di situ ditulis: tidak pernah ada infeksi dalam 5000 operasi. Eh, pasien saya kena infeksi. Ditangani di RS itu, lalu ke Singapura. Di sana dibersihkan lagi. Kurang bersih, katanya... Dan mata banyak membaik)


Balik ke Mata


Mata tetap tidak ada tahi mata beberapa hari sesudah nya. Tidak tahu bagaimana kalau seminggu atau sebulan lagi. Kalau dalam penelitian, itu harus dicek... Tapi kalau kumat, tinggal cuci dengan PVI, bukan? Beres.


Beberapa catatan

• Selain PVI, ada yang menganjurkan obat kuno sekali, kloramfenikol tetes mata. Pernah coba sebentar sekali. Males meneruskan, karena mikir percobaan ku sendiri.
• kadar PVI yang dipakai dalam literatur penelitian2 di atas antara 0.25 - 5%. Mungkin 0,5% paling pas? Tidak tahu...
• Larutan obat tadi bikin sendiri. Modalnya? Untuk 100 ml kira2 Rp 1000. Catat: seribu... Dirt cheap, semurah debu... Cocok untuk program di desa. 
• Heran ... tidak ada preparat tetes mata dengan ini di dunia! Kenapa ya? 
  • Mungkin terlalu murah? Perusahaan farmasi ogah. 
  • Mungkin takut efek samping? Efek samping apa. Kalau dikemas kecil2 untuk 3 hari, mestinya efek samping minimal sekali. 
  • Takut efek sistemik iodium? Hehehe...  Aplikasi lokal 3 - 5 hari tidak bakal ganggu tiroid
  • Takut terjadi radang kornea mata alias keratitis? Ya. Itu juga harus dipikirkan. Bisa mengakibatkan staining, warna coklat pada kornea mata, katanya. Tapi untuk radang kornea akibat bakteri, zat ini justru bagus dipakai pada kadar yang rendah.. 0,66%. Bagus untuk dipakai sambil tunggu hasil biakan bakteri. Sebagian sudah sembuh waktu hasil biakan datang.

Intinya, (1) kalau ada kemungkinan digunakan, dengan sangat efektif, harga maha murah... coba dilakukan penelitian... (2) Jangan takut coba2... Kedokteran hanya bisa maju dengan orang nekat yang berani mencoba. Tentu dengan perhitungan yang sangat matang. (3) Sekarang di papan paling atas bertengger negara RRC dalam penelitian kedokteran. AS, Eropa, sudah tertinggal. Ayo, kita mulai susul...


Terakhir, kalau ada teman2 sejawat yang tahu ada kekeliruan di tulisan ini, tolong koreksi... Aku bukan spesialis mata... 


Sampai jumpa... 

 

 

*** Disclaimer:  Kalau mencoba, tanggung jawab sendiri. Ini percobaan penelitian pribadi. Jadi, kalau tanya pada spesialisnya, biasanya akan disebut "tidak sesuai standar kedokteran".

 





Friday, January 31, 2025

DeepSeek mencuri data ChatGPT/OpenAI ? (2) ChatGPT juga mencuri?

Ini lanjutan dari tulisan sebelumnya. Sekadar menunjukkan bahwa ChatGPT juga dituduh mencuri.

OpenAI telah menghadapi banyak tuduhan terkait penggunaan data tanpa izin (alias pencurian) untuk melatih model AI mereka. Berikut adalah beberapa kasus yang menonjol:

  1. Mumsnet vs. OpenAI: Mumsnet, sebuah forum parenting terkemuka di Inggris, menuduh OpenAI telah mengumpulkan sekitar enam miliar kata dari situs mereka tanpa izin, yang dianggap sebagai pelanggaran hak cipta. Mumsnet mengajukan tindakan hukum pertama di Inggris terhadap OpenAI atas dugaan ini.

  2. ANI vs. OpenAI: Di India, kantorberita ANI menggugat OpenAI dengan tuduhan menggunakan konten mereka tanpa izin untuk melatih ChatGPT. OpenAI menanggapi dengan menyatakan bahwa mematuhi perintah pengadilan India untuk menghapus data tersebut akan melanggar kewajiban hukum mereka di bawah undang-undang AS. Mereka juga menegaskan bahwa pengadilan India tidak memiliki yurisdiksi atas kasus ini karena OpenAI tidak beroperasi di India.

  3. Italia vs. OpenAI: Otoritas Perlindungan Data Italia menjatuhkan denda 15 juta euro kepada OpenAI atas tuduhan penyalahgunaan data pribadi. Investigasi menemukan bahwa OpenAI menggunakan data pribadi tanpa dasar hukum yang memadai dan gagal memenuhi prinsip transparansi. Selain denda, OpenAI diwajibkan meluncurkan kampanye informasi publik di Italia untuk meningkatkan kesadaran tentang praktik pengumpulan data mereka.

  4. The New York Times dan Media Lainnya vs. OpenAI: Sejumlah organisasi berita, termasuk The New York Times, menggugat OpenAI atas dugaan pelanggaran hak cipta dengan menggunakan artikel mereka tanpa izin untuk melatih model AI. Dalam proses hukum ini, OpenAI secara tidak sengaja menghapus data penting yang berfungsi sebagai bukti dalam kasus tersebut, yang menimbulkan komplikasi lebih lanjut dalam proses pengadilan.

Dalam berbagai kasus ini, OpenAI umumnya membela diri dengan menyatakan bahwa mereka menggunakan data yang tersedia secara publik dan bahwa praktik mereka sesuai dengan prinsip "fair use" atau penggunaan wajar. Namun, pendekatan ini telah memicu perdebatan hukum dan etika yang signifikan terkait penggunaan data untuk melatih model AI.


DeepSeek mencuri data ChatGPT/OpenAI ? (1)

OpenAI, yang bikin ChatGPT, ngamuk... DeepSeek niru ChatGPT, katanya... Para kritikus yang bawel ketawa... Kamu nyolong data dari seluruh dunia. Sekarang DeepSeek nyolong kamu, kamu ngamuk, Hihihi... 😀 katanya sambil tertawa...


Kalau ChatGPT cerita tentang Ken-Arok Ken Dedes, dia pasti ambil dari buku sejarah Indonesia, entah karangan siapa. Kalau dia bicara teknik vitrektomi, pasti mengambil tanpa bilang2 dari buku kedokteran tertentu yang mungkin hak cipta nya masih berlaku. Mengambil tanpa bayar itu nyolong...

Tapi biasanya, kalau dalam penerbitan artikel ilmiah, kalau ambil terlalu banyak, baru disebut plagiat atau nyolong. Kalau sedikit2, memang semua begitu. Istilah gagahnya, "Fair Use", penggunaan secara fair... Sedikit2 lalu dirangkai jadi artikel baru. Visi baru. Pemikiran baru. Kesimpulan baru.

Masalahnya AI ambil semua data. Dan semuanya dipakai. Meski untuk ribuan atau jutaan orang yang berbeda.

Jadi, tadi, DeepSeek ambil data dari ChatGPT, yang ambil data dari xxx, yyy, itu gimana moral, etika, legalitasnya? Hehehe... Mbuh... Tidak tahu... Kalau secara legal dianggap melanggar hukum internasional, mari kita tunggu drama tuntut menuntut nya di pengadilan internasional... Tapi tentu ChatGPT juga akan (bahkan sudah) dituntut oleh banyak pihak lain. (Baca bagian 2)

Kalau tidak mau "dicuri", simpan aja data mu untuk diri sendiri. Jangan taruh di internet...

Jepang, Cina, curi teknologi

Kemajuan teknologi memang selalu disertai tuduhan curi-mencuri. Tahun 1968 Jepang mengeluarkan motor Honda kecilnya, yang 50 cc. Semua tertawa. Hanya 50 cc? Bandingkan dengan BMW yang 500 cc (suara hampir tidak ada) atau Norton yang 350 cc... Teknologi dan desainnya pasti mencuri Amerika ,Inggris, Jerman, yang waktu itu merajai.

Pada periode 1965-1975, Honda menghadapi tuduhan dari produsen sepeda motor Eropa dan Amerika, BMW dan Ducati, serta Harley-Davidson dll. Perusahaan Jepang ini meniru desain dan teknologi sepeda motor mereka, katanya. Ini karena sepeda motor Jepang  semakin mendominasi pasar global pada waktu itu; sangat populer di berbagai negara, termasuk Amerika Serikat (dan Indonesia). Motor-motor seperti Honda Super Cub dan Honda CB series (misalnya C-90, CB100, ada yang pernah punya?) sangat populer karena harga terjangkau, bahan bakar lebih irit, serta desainnya modern dan inovatif.

Namun, pada akhirnya, Honda dan pabrikan Jepang lainnya mampu membuktikan... desain dan teknologi mungkin (dan memang) terinspirasi oleh motor Eropa atau Amerika, tapi mereka juga membawa inovasi yang signifikan dalam hal kinerja, harga, dan efisiensi. 

Cina juga. Sepuluh tahun lalu, pameran2 mocin (motor bensin Cina) muncul luar biasa banyak. Tuduhan curi teknologi juga muncul. Dan memang banyak sekali yg mirip sekali desainnya dengan motor Jepang. Yang saya ingat, ada yg sekelebat persis Kawasaki.. Akhirnya, semua musnah. Sekarang praktis tidak ada motor bensin Cina di jalanan Jakarta. Memang teknologinya kalah. Mobil Cina? Saya ingat, di kantor ada yg as nya patah sendiri... :)

Tapi sekarang Jakarta mulai didominasi oleh mobil listrik Cina. Eropa sudah lebih dulu. Tuduhan pencurian teknologi hampir tidak terdengar. Karena teknologi Cina lebih maju. Dan dia memakai teknologi barat, Volvo, yang resmi dibelinya. Juga mobil General Electric AS, yang juga resmi dibeli.

Tuduh menuduh pindah ke teknologi AI

Demikian lah... Sekarang DeepSeek dituduh meniru. Dan memang meniru banyak sekali. Kebangetan, sebenarnya. Tapi, selama dalam batas legalitas, lumrah lah. Misalnya, tadi saya buka ChatGPT. Lalu copy/salin, dan paste/tempel ke lain tempat. Terlihat banyak judul diberi dua bintang **. Lalu hal yang sama pada DeepSeek. Dia juga pakai dua bintang... Kebangetan nirunya. Saya paling sebel dengan ini. Karena terpaksa buang banyak bintang agar tersisa satu saja. Bagus untuk disalin ke WA.



Juga, sistem editingnya persis sama. Hahaha... Coba tulis tiga kata, lalu hapus dari belakang. Kamu akan tahu apa yang saya maksud. Perilakunya persis sama dengan ChatGPT. Mestinya bisa diubah dengan mudah.

Tapi, asal masih dalam batas legal, kenapa tidak "mengambil", "meniru", atau "mencuri" dari kompetitor? Kita akan maju dengan sangat cepat. Dan kalau ditambah inovasi lain, dengan cepat saingan akan berada di belakang. 

Saya coba tanya hal yang sama pada ChatGPT dan DeepSeek. Kadang hampir sama, kadang yg satu lebih lengkap dari yang lain... Saat saya tanya faktor2 apa saja yang bikin lansia sering tidur dengan mulut ternganga, DeepSeek menambah ini: Faktor kegemukan. Itu tidak ada di ChatGPT. Tapi saat ini saya belum berani bilang DeepSeek lebih hebat dari ChatGPT. 

Mari kita ikuti perkembangannya...

Thursday, January 30, 2025

Serba serbi Imlek (3): A.I. pun tidak tahu ini


 Kemarin terima ucapan ini....

Selamat tahun baru imlek tahun 2576 

Lalu datang ucapan lainnya...

Selamat tahun baru imlek tahun 4723, katanya... 

Yang bener yang mana? Yang mana satu (kata orang Melayu Kepri dan Kuala Lumpur, which one)? 2576 atau 4723 ? Hayo...

Mau tanya sama kakek buyut, sudah tidak ada 100 tahun lalu. Kakek, papa, mama, juga sudah tidak ada. Dan tidak tahu juga. Maka terpaksa tanya AI...

AI nya bingung

Tanya ChatGPT, dan ... dia bingung juga... Piye, Gimana ini... Pusing apa tidak. Dia dibuat oleh ribuan sarjana; tetap tidak bisa jawab dan karena itu salah satu jawabannya ngaco... Baca jawaban dia di dua screenshot ini.

Klik untuk baca

Klik untuk baca

OK. Kalau dia bingung, saya tanya aja pada yang lebih baru. Copilot... Microsoft punya. Mosok tidak tahu juga. Ini jawabnya:

Sial... dua AI ternama tidak tahu? OK. Tanya langsung yang dibikin oleh Cina. DeepSeek. Pasti tahu dong... Dan ... Tidak tahu juga...

                    Klik untuk baca



Tidak ada di dunia

Apa kesimpulan yang bisa Anda tarik? Ketiganya sudah mengumpulkan data dari seluruh dunia, katanya. Kesimpulannya, kalau semata2 pakai nalar: Data tadi, tahun baru imlek 2576, itu tidak ada di lain tempat di dunia, selain Indonesia. Begitu mestinya... Mungkin saya salah. Kan manusia biasa. Tapi itu kemungkinan terbesar. Tidak ditulis di tempat lain, apalagi di Cina. Karena kalau ada di sana, pasti sudah diambil datanya oleh DeepSeek.

Jadi, dari mana?

Dari mana angka 2576 tadi? Mungkin sekali itu dibuat oleh para pengikut kelompok tertentu di Indonesia. Menghitung tahun baru Imlek dari tahun kelahiran Konghucu, yakni 551 SM. Jadi, 551 + 2025 = 2576. dan itu disebut Kongzili... penanggalan Kongzi atau Konfusius... Pas sekali. Tepat... Itulah dia. Tapi, mestinya itu hanya berlaku untuk para pengikutnya. Kalau orang lain mau ikut, ya silakan saja. Mau ikut A, B, C, D sampai Z itu hak asasi manusia Indonesia. Kalau tidak ikut, itu juga hak asasi masing2. Tapi sebagai pembawa budaya Cina, ada baiknya kalau coba pakai satu tanggal. Satu tahun yang sama. Yang sudah dianut budaya ini sejak hampir 5000 tahun lalu. Yaitu 4723. Saya lebih bangga pada angka 5000 dibanding angka satunya.

Selamat tahun baru imlek tahun 4723


*** Catatan tentang AI

AI itu belajar terus. Waktu saya tanya, dia tidak tahu. Tapi data itu akan dicatat dan dipelajarinya. Nanti, 2 bulan lagi, atau 1 bulan, atau seminggu lagi, mungkin jawaban dia berubah. Dia sudah tahu ada orang Indonesia yang pakai tahun itu. Cuma kita tahu, sebelum hari ini, 31-Januari-2025, dunia luar tidak tahu.


Tambahan

•  Gemini A.I.  punya Google juga tidak bisa menemukan website atau gambar yang membahas atau menulis tentang "Tahun baru Cina 2576" di luar Indonesia. Dalam bahasa Cina, Inggris, atau bahasa apapun.... 


 Klik untuk baca. 


*** AI sepertinya tidak search FB, Instagram, TikTok dll. Kalau cari di sana mungkin ada. Tapi umumnya yang terkait Indonesia. 


.




** Catatan terpenting:

Dalam darah saya, sedikit banyak mengalir darah Cina. Mungkin 60 - 70%. Maka saya hormat setinggi2nya pada Konghucu/Konfusius. Dia ikut membentuk saya....

Tapi dalam masalah di atas, saya hanya menyajikan data mana yang benar. Juga fakta sejarah. Jadi, mohon tulisan ini jangan dianggap sebagai usaha memusuhi pengikut Konghucu. No... Tidak sama sekali...  Saya pengikutnya... meski saya Kristen juga. 



Wednesday, January 29, 2025

Serba Serbi imlek (2): Saat aku bingung lihat kata "Gong Xi Fa Cai"



Pertama kali lihat kalimat Gong Xi Fa Cai.


Tahun 2000. Bulan Februari. Itu pertama diadakan upacara Imlek di Indonesia; setelah 30 tahun dilarang oleh Soeharto. Gus-Dur mengubahnya sebulan sebelum itu. 

Di mal, ada poster. Ada tulisan... Selamat tahun baru, Gong Xi Fa Cai. Hah...? Apa itu?.Aku terheran heran. Memandang dengan rasa tidak percaya. Apa artinya? Itu bener atau tidak? Selama 50 tahun belum pernah melihat kalimat itu. Aneh...

Dulu selama berpuluh tahun tidak ada orang keturunan Cina di Jawa (Tengah) yang pernah membaca atau menulis kalimat itu. Tidak ada... dulu ucapan untuk Selamat Tahun Baru Imlek selalu ditulis begini (transliterasi logat Hokkian):

Sin Tjhoen Kiong Hie (baris pertama)
Thiam Hok Thiam Sioe (baris kedua)

Itu penulisan atau romanisasi cara Belanda. Orang di Jawa melafalkan:

Sin chun kiong hi 
Diam hok diam siu
(
Th dibaca D, di Jawa Tengah)

  • Kionghi logat Hokkian untuk Gongxi, selamat
  • Sin, baru
  • Tjhoen/Chun, musim semi... 

Jadi, terjemahan bebasnya, "selamat, musim semi telah datang". Baris kedua, entahlah... Aku tidak tahu. Cari sendiri. 

Maka... aku masih ingat. Banyak tulisan di Kompas membahas Gong xi fa cai ini. Gongxi, sudah tahu, ya.... Fa cai, semakin kaya; semakin makmur... Ada yang bilang itu hanya ucapan sesama pengemis di Hongkong atau Shanghai. Kan mereka pengen makmur, katanya... Aku tidak peduli dengan itu.... Mbuh.. Tidak tahu... Yang bikin penasaran, kenapa dalam 30 tahun budaya ucapan bisa berubah sejauh itu?  Mendadak! (Kalau sekadar penasaran, tanya saja sama Rhoma Irama. Kan lagunya juga "Penasaran" 😊). Tapi aku pengen tahu detail nya. Mengapa? Bagaimana? Kapan? Dan perburuan itu ternyata makan waktu bertahun2... 

Ternyata, oh, ternyata... Orang2 berbahasa mandarin sudah menggunakan ucapan Gong Xi Fa Cai selama ratusan tahun. Kakek buyut saya yang datang ke Indonesia sejak 150 atau 200 tahun yang lalu itu hanya bisa berbahasa daerah Hokkian. Sebagian besar dari mereka tidak bisa bahasa Mandarin. Karena itu tidak dikenal istilah Gong Xi Fa Cai yang banyak dipakai di daerah Shanghai atau Beijing. Yang dipakai adalah ucapan dialek Hokkian itu tadi.

Kata penutur asli

Anehnya, 20 tahun lalu... Saya ketemu dengan seorang yang tiap hari bicara bahasa Hokkian di rumah. Bisa menulis huruf Cina. Dia sangat terpelajar. Bisa berbagai bahasa. Berumur sekitar 60 tahun. Lebih tua dari saya. Saya tanya: Apa arti dari ucapan bahasa Hokkian baris kedua tadi (yang baris pertama itu jelas. Saya juga tahu). Tapi yang baris kedua ? Bisa dicari di internet, sih, tapi kan banyak orang ngawur. Saya pengen tahu langsung dari penutur asli... Saya minta dia untuk menduga-duga; Bagaimana penulisannya dan apa kemungkinan artinya. Dia lama sekali berpikir ... berulang-ulang ... dan tidak ketemu ... sama sekali tidak ketemu... dan menyerah. Dia bilang di daerah sini di sekitar kepulauan Riau, tidak pernah ada orang yang mengucapkan itu. Yang mirip2 itu juga tidak ada... Maka, menebak juga tidak bisa. Hahaha .... 

Isolasi Geografi nya Darwin

Darwin bilang, kalau terpisah secara geografi, Kalimantan dan Sulawesi, misalnya, setelah jutaan tahun, mahkluk hidup akan mengalami evolusi biologi... Berubah jadi berbeda. Sulawesi punya hewan tapir, babi rusa. Kalimantan, Sumatra, Jawa tidak ada... Evolusi sejenis dalam segi bahasa terjadi di sini. Waktu itu tidak banyak interaksi antara masyarakat keturunan Cina di Jawa dan yang di Kepri, Singapura, apalagi Beijing. Selama 200 tahun terisolasi... yang di Jawa tidak berubah. Yang di sana sudah berubah mengikuti kebiasaan di Beijing Shanghai. 

"Selamat... musim semi telah datang" itu ucapan 200 tahun lalu. Bersama datang nya internet,  hilang lah isolasi... hilang juga ucapan 200 tahun lalu itu... Semua menyatu... Gong Xi Fa Cai.. 

Catatan: saya tidak bisa bahasa Mandarin maupun Hokkian.  Cuma tahu sepotong2.

*** Kalau ada yang tahu mengenai hal ini, mohon koreksi dan masukan 🙏




Masukan dari teman2:

  1. Di Jawa (Tengah), ucapan memang ketinggalan 200 tahun. Imigran yang datang mungkin banyak yang asalnya petani. Sehingga musim atau cuaca hal yang sangat perlu bagi mereka. Musim semi mulai tanam padi lagi... Sebaliknya, orang Shanghai, Beijing, tidak... bukan petani. Banyak pedagang, pengusaha, pejabat pemerintah, kaum cendekia, dll, Maka musim kurang diperhatikan. Yang penting, fulus... duit :)
  2. Sebagian teman di Medan dan Jakarta, yang di rumah pakai bahasa Kong Hu, pakai ucapan Gong Xi Fat Cai (dalam logat mereka, Kong hi fat choi) sejak kecil. 
  3. Di Medan, gong xi sering diganti dengan "ki ni", artinya tahun ini. Jadi, ucapannya adalah "Ki ni huat cai". Semoga tahun ini banyak rezeki. Kadang ditambah "tua/toa" yang artinya "gede, besar"... " Ki ni tua huat cai.." Semoga rezeki tahun ini banyak sekali... (BTW, jangan2 kata "kini" bahasa Indonesia berasal dari ini?)
  4. Balik ke baris ke 2 yang saya permasalahkan, Thiam Hok Thiam Siu. Bahasa Hokkian ini berarti:
    • Thiam = tambah
    • Hok = rezeki (kita sering dengar "hoki", "hok-khi", keberuntungan)
    • Siu = umur
Jadi, arti keseluruhan... adalah... 

Semoga yang baca tulisan ini
Banyak rezeki, panjang umur 

Case closed... Ganti cerita 😊








Serba serbi Imlek (1)

1. *Imlek tidak ada kaitan sama sekali dengan agama.* Itu sistem penanggalan yang sudah ribuan tahun sebelum Masehi 🙏 

2. *Cara baca*. Gong Xi dibaca "kung si". Ini sistem penulisan huruf Cina dengan huruf Latin (istilahnya Pin-yin. romanisasi). Aneh. Ajaib menurut ku. Terbalik2. Hahaha .... Karena 👇🏻👇🏻 
  • G dibaca K. Kota Gansu → kansu. Guangzhou → kuangzhou 
  • K dibaca G (tepatnya kh, K dengan letusan. Tidak ada G murni). Kota Kunming (k dibaca antara K dan G) 
  • B dibaca P... Jadi, Beijing itu bacanya mirip "pei ching" 
  • P dibaca B (P dengan letusan. Tidak ada P murni) 
  • J dibaca C 
  • Dst...

Saya tidak bisa mandarin. Cuma tahu sedikit2 tentang itu. Jangan salahkan kalau penjelasan tidak tepat. Hahaha ....

Itu masih dipersulit dengan lafal orang keturunan Cina di Indonesia. Di Jawa Tengah (Timur juga??), orang sulit menyebut bunyi letusan tadi... 

Popo = panggilan nenek. P mestinya dilafalkan antara P dan B... Phopho...  Di Jawa Tengah, biasa dilafalkan "bobo" saja. Di Jakarta, letusan dihapus. Jadi, ya, "popo" aja. Aneh2 ya... Jadi kalau punya nenek di Jawa Tengah, yang lain di Jakarta, yang satu dipanggil "bobo", yang lain dipanggil "popo"... 

Aku sendiri tidak pernah panggil itu, tapi "mak" atau "emak". Asal katanya? Mungkin dari "ama", nenek. Jadi "emak", jadi "mak"... Oleh orang di sekitar, dipungut, diartikan sebagai "ma" → "mama"... Mungkin begitu cerita nya. 

Btw, "ama" itu sebutan orang Hokkien dan teochiu. Banyak dipakai di Singapura, Batam dan sekitar.  Banyak ama2 bekerja di food court sana... 

BTW, tahu sebutan lain untuk "nenek" ? Mudah... "nai-nai." Hahaha ....  mirip sekali, kan? 

Tuesday, January 28, 2025

Imlek: Bukan Perayaan Agama Apapun



Banyak orang baik, bermaksud baik, tapi memberi keterangan yang kurang tepat... Berikut keterangan yang lebih tepat.

1. *Imlek*. Itu tahun baru... Titik... Tahun baru hitungan orang Cina kuno. Tidak ada unsur agama di situ. Mau ikut merayakan, good good, bagus... Tidak, juga tidak masalah. Yang merayakan? Mayoritas masyarakat Cina, Korea, Jepang, Vietnam, dan beberapa suku di Himalaya. Kalau menganggap ini bagian agama Budha, itu IQ 78. 

2. *Konfusius, Konghucu.* Itu ahli filsafat. Katakan setara dengan Plato, Aristoteles, Socrates, di Indonesia, Ki Ageng.... Dia terutama mengajarkan moral. Kalau Konghucu disebut agama, maka seharusnya ada agama Plato, agama Socrates, agama Ki Ageng Suryomentaram. .. Dst.... Itu bukan agama. Cuma Indonesia saja yang mengakui sebagai agama 😊 Konoha memang lucu.

3. *Budhisme vs konfusianisme*. Itu beda. Budha, sebagai agama, punya keharusan ritual tertentu. Pengikut konfusius tidak. Sekali lagi, itu bukan agama. Jadi, orang Kristen Islam Hindu mau ikuti ajaran Konghucu, ya boleh saja mestinya... Ajarannya: kamu harus menghormati orang tua. Harus banyak belajar. Menjaga harmoni dengan sesama dst...(baca kutipan berikut nanti). Lho, agamaku kan juga mengajarkan itu.

4. *Dupa, hio*. Itu 💯 persen tradisi. Saya Kristen. Tidak masalah kalau pasang hio untuk menghormati. Tapi ada juga yang tidak mau dan tidak boleh, katanya... Terserah saja. Saya cuma sekadar pakai common sense. 

5. *Menghormat patung Budha, Konghucu*... Saya? Tidak masalah... Lho, kamu sesat, katanya... Yo, ben. Biar aja... Begini ya. Kedua orang yang disebut di atas tadi adalah orang. Manusia. Yang terhormat, berjasa bagi banyak manusia lain... Di hadapan patung bung Karno, bung Hatta, saya menghormat. Menunduk. Atau angkat tangan setinggi mata. Penghormatan... Kok tidak boleh menghormati kedua orang yang pertama tadi? Hehehe... 

6. Sorry ya kalau ada salah omong 🙏 🙏