Geser ke atas
Ini bicara povidone iodine... Apa itu? Itu lho, obat merah. Kalau disebut Betadine semua tahu. Aku sudah lama mikiri ini. Baru kali ini terlaksana.
3 hari sesudah vitrektomi... Operasi ambil lensa plastik yang jatuh ke dalam mata. (Baca https://daringnet.blogspot.com/2025/01/vitrektomi-cerita-menjelang-tidur.html; https://daringnet.blogspot.com/2025/01/13-januari-2025.html).
Operasi sukses. Rasa nyeri tidak banyak. Hari 1, hari 2, OK semua. Hari ke 3, pagi hari, muncul tahi mata. Waduh... Bisa gawat nih. Infeksi? Bukan? Infeksi? Tetes mata antibiotik, 2 macam, yang dikasih oleh rumah sakit masih banyak. Guyur terus tiap 3 jam (eh, tetes, bukan guyur. Karena 1 tetes cukup.). Mestinya, kalau infeksi, kuman akan mati dong, oleh antibiotik kuat LFX digabung neomisin. Seharusnya semua mati.
Beberapa hari kemudian kontrol pasca operasi. Tidak apa2, kata dokternya. Itu sekreta atau cairan lendir mata... Fiuuh... Rada tenang.
Aku tidak cerita. Mata yang dioperasi ini memang bermasalah. Sudah lama. Mungkin lebih dari 6 bulan. Tiap pagi ada tahi mata! Jadi, tanda tanya infeksi atau bukan itu sudah berjalan lama. Tapi tiap kali ke dokter mata, semua bilang tidak apa2... Biasa.... Kakek2 nenek2 ya itu keluhannya... Masalahnya, ini ada luka pasca operasi. Kalau kuman bisa masuk ke bola mata, mata bisa habis. Buta. Endoftalmitis istilahnya. Infeksi bagian dalam mata. Zaman kuliah dulu, endoftalmitis ini sinonim nya buta. Kalau kena, buta. Hampir semua... (sekarang beda).
Povidone iodine (PVI)
Jadi, gimana dong. Sudah lama mikir zat ini. Catat! Semua orang yang operasi katarak selalu ditetesi obat ini sebelum operasi. Sebentar. Semua kuman tewas, tak ada yang tertinggal. (Kecuali kalau pemakaian kurang bener). Dia salah satu zat paling kuat untuk basmi kuman. Kenapa tidak coba ini untuk mata ku?
Yang pasti, tidak masalah dipakai pada mata. Itu sebelum operasi... Ketika selaput masih utuh. Tapi bagaimana kalau sudah ada luka atau bekas operasi di mata? Itu yang aku tidak tahu... Lalu apakah dia akan bisa menghilangkan tahi mata kronis ini? Tidak tahu.
Maka perburuan data dimulai. Search... Cari... Ketemu! Ada sekitar 10 atau belasan artikel tentang pemakaian obat ini. Tapi hampir semua penelitian untuk konjungtivitis. Itu lho, mata merah, yang sering menular di sekolah. Biasanya karena virus. Hasil penelitian, sebagian besar bagus, atau bagus sekali. Hehehe... Hati rada tenteram. Jadi, bukan aku yang pertama coba... Tapi aku yang pertama coba untuk kasus tahi mata kronis ini. Mungkin...
Persiapan dimulai. Cari data tentang pH, sifat2 kimia fisika obat tadi. Bagaimana pun deg2an tetap ada. Ini mata, lho. Dan belum ada yang coba...
Akhirnya putusan diambil. Bikin larutan PVI tadi ... 1% aja. Yang untuk luka itu 10%. Pakai yang generik. Campur air matang. Siapkan gelas cuci mata (Beli... Rp 1.200 sebiji. Beli banyak untuk dibagi2). Oya, bagaimana dengan sterilitas? Kan proses perbuatannya seadanya di rumah. Japri aja deh...
Di wastafel percobaan dimulai... Nyesss... Tidak begitu pedih. Kedip2kan mata. Tunggu setengah menit kira2.... Selesai. Sedikit perih. Skala 2 dari 10.
Siang... Coba lagi. Jumlah cairan dikurangi. Cuma butuh sedikit mestinya. Tidak 10 cc yang merupakan kapasitas gelas cuci. Separo atau kurang... Beres
Malam. Bukankah obat tetes mata biasanya cuma 1 tetes? Coba... Pakai 2 tetes ya. Selesai....
Hari berganti. Pagi nya aku lihat. Hilang? Tidak... Tahi mata masih ada... Hmmm...Sedih juga. ... Gagal? Pikir lagi. Putar otak... Rangkai data2 yang sudah terkumpul.
Dari mana tahi mata itu?
Tahi mata atau sekret mata itu campuran. Lendir mata, minyak, sel kulit mati, dan kotoran lain. Bisa normal atau menjadi tanda infeksi atau iritasi.
Tempat asalnya?
- Dia bisa berasal dari infeksi kelopak mata; termasuk akar bulu mata. Blefaritis kronis nama nya. Infeksi bakteri bisa ringan (misalnya, katanya, Staphylococcus aureus subklinis) bisa menyebabkan radang ringan; tanpa nyeri atau kemerahan yang mencolok..
- Radang selaput mata (konjungtivitis) ternyata juga bisa kronis dan ringan sekali... low-grade istilahnya: tidak ada nyeri atau kemerahan nyata.
- Saluran air mata juga bisa terganggu. Istilahnya dakriosistitis. Tersumbat. Bakteri berkembang biak. Tapi sedikit sekali.
- Kelenjar minyak mata (Meibom) juga bisa bermasalah. Juga bisa masalah alergi.
Arti semua ini? Tidak cukup kalau hanya meneteskan obat pembunuh kuman tadi. Seluruh mata harus kena. Gelas cuci mata harus penuh. Bilas seluruh bagian mata.
Pagi ini juga cuci mata lagi. Dengan gelas cuci penuh. Siang, malam, banyak urusan. Lupa cuci mata... Kecuali obat2 yang harus diteteskan tiap 3 jam.
Hari Kemenangan
Besok pagi nya, langsung cek mata... Hahaha ... Tidak ada lagi tahi mata... Berhasil... Sukses...
Apa bukan karena 2 macam antibiotik lain yang tiap hari juga diteteskan terus, tiap 3 jam? Logikanya, bukan, ya. Itu sudah dipakai 10 hari lebih, tanpa perubahan. Antibiotik ini berhasil menumpas kuman2 lain. Tapi kuman penyebab tahi mata hanya bisa diatasi dengan povidone iodine tadi. Pada kasus ini.
Bangun pagi. Masih sedikit merah. Tapi tahi mata tidak ada. Masih tetes semua obat. Sesudah ditetesi, kemerahan akan hilang. Lihat di bawah ini.
Ada kuman yang tahan terhadap 2 antibiotik keras tadi?
LFX + neomisin. Ini yang dikasih dari RS sejak awal... Biasanya, hampir semua bakteri bisa dibasmi. Tapi kuman yang dinamakan MRSA, Pseudomonas, Acinetobacter dan Klebsiela kadang bisa bertahan... Terhadap povidone iodine? Semua binasa..
Tapi, ada syaratnya. Obat harus kontak dengan kuman minimal 2 menit, katanya. Dianjurkan 3 -5 menit. Baru dibilas dengan cairan lain. Ada teman yang bilang, tapi biasanya tidak segitu lama, dan OK saja, tuh... Terserah. Tapi kalau kehati2an ini bisa melindungi 1 pasien di antara 5000 pasien dari kebutaan, itu jasa yang tidak kecil. Atau, paling baik bikin penelitian bersama. (Btw, semua ada risiko infeksi. Saya kirim pasien untuk operasi katarak di RS X. Di situ ditulis: tidak pernah ada infeksi dalam 5000 operasi. Eh, pasien saya kena infeksi. Ditangani di RS itu, lalu ke Singapura. Di sana dibersihkan lagi. Kurang bersih, katanya... Dan mata banyak membaik)
Balik ke Mata
Mata tetap tidak ada tahi mata beberapa hari sesudah nya. Tidak tahu bagaimana kalau seminggu atau sebulan lagi. Kalau dalam penelitian, itu harus dicek... Tapi kalau kumat, tinggal cuci dengan PVI, bukan? Beres.
Beberapa catatan
• Selain PVI, ada yang menganjurkan obat kuno sekali, kloramfenikol tetes mata. Pernah coba sebentar sekali. Males meneruskan, karena mikir percobaan ku sendiri.
• kadar PVI yang dipakai dalam literatur penelitian2 di atas antara 0.25 - 5%. Mungkin 0,5% paling pas? Tidak tahu...
• Larutan obat tadi bikin sendiri. Modalnya? Untuk 100 ml kira2 Rp 1000. Catat: seribu... Dirt cheap, semurah debu... Cocok untuk program di desa.
• Heran ... tidak ada preparat tetes mata dengan ini di dunia! Kenapa ya? - Mungkin terlalu murah? Perusahaan farmasi ogah.
- Mungkin takut efek samping? Efek samping apa. Kalau dikemas kecil2 untuk 3 hari, mestinya efek samping minimal sekali.
- Takut efek sistemik iodium? Hehehe... Aplikasi lokal 3 - 5 hari tidak bakal ganggu tiroid
- Takut terjadi radang kornea mata alias keratitis? Ya. Itu juga harus dipikirkan. Bisa mengakibatkan staining, warna coklat pada kornea mata, katanya. Tapi untuk radang kornea akibat bakteri, zat ini justru bagus dipakai pada kadar yang rendah.. 0,66%. Bagus untuk dipakai sambil tunggu hasil biakan bakteri. Sebagian sudah sembuh waktu hasil biakan datang.
Intinya, (1) kalau ada kemungkinan digunakan, dengan sangat efektif, harga maha murah... coba dilakukan penelitian... (2) Jangan takut coba2... Kedokteran hanya bisa maju dengan orang nekat yang berani mencoba. Tentu dengan perhitungan yang sangat matang. (3) Sekarang di papan paling atas bertengger negara RRC dalam penelitian kedokteran. AS, Eropa, sudah tertinggal. Ayo, kita mulai susul...
Terakhir, kalau ada teman2 sejawat yang tahu ada kekeliruan di tulisan ini, tolong koreksi... Aku bukan spesialis mata...
Sampai jumpa...
*** Disclaimer: Kalau mencoba, tanggung jawab sendiri. Ini percobaan penelitian pribadi. Jadi, kalau tanya pada spesialisnya, biasanya akan disebut "tidak sesuai standar kedokteran".