Monday, March 24, 2025

Pedigree and its collapse


Kakek buyut saya dari Hokkian, Cina. Kedua nenek buyut, dari ayah maupun ibu, berasal dari Jawa Tengah. Mungkin dari daerah sekitar Solo, Yogya, Semarang. 

Masalah di atas membuatku berpikir tentang nenek moyang. Seperti apa ya, nenek moyangku di akhir zaman Majapahit dulu. Kalau dengan mesin waktunya Einstein aku mencari nenek moyangku di masa itu, yang biasa ku bayangkan adalah 1 orang kakek-kakek dan 1 orang nenek-nenek, yang menurunkan aku... 

Tapi lalu aku mulai berpikir. Itu salah besar... Aku punya 2 orang tua, ayah dan ibu. Juga punya 4 kakek dan nenek dari pihak ayah dan ibu. Aku juga pasti punya 8 kakek nenek buyut, yang tidak pernah ketemu aku. Cuma ada dua nama yang diceritakan di atas tadi... sekilas. 

Jadi, kalau sampai zaman akhir Majapahit, zaman Laksamana Cheng Ho datang ke Semarang, 600 tahun lalu, berapa nenek moyangku? Asumsi tiap generasi adalah 30 tahun. 600 tahun ada 20 generasi... Maka teoretis aku punya 2 pangkat 20 alias 1.048.576 nenek moyang yang hidup bersamaan pada masa itu (Aku ternganga dan termangu. Tidak percaya… Luar biasa, ya… Kamu juga, lho…) 

Itu teoretis; faktanya tidak begitu. Di antara nenek moyang itu pasti ada yang menikah dengan sepupu atau sepupu ke sekian. Maka jumlah nenek moyang yang sebenarnya tidak 1 juta. Mungkin ratusan ribu, puluhan ribu, atau cuma ribuan, yang hidup di berbagai kota atau desa, atau luar negeri. (Itu yang disebut Pedigree Collapse; dari teoretis jutaan jadi cuma puluhan ribu atau ribuan). 

Tapi angka ribuan itu banyak, lho. Aku bayangkan masuk ke suatu desa di propinsi Hokkian di Cina sana, dan ketemu 1000 nenek moyang ku yang hidup bersamaan pada masa itu. Tidak terbayang... 

Juga kalau ke Boyolali, Solo, Sukoharjo, Wonogiri, Yogya, Semarang. Di situ ada sedikitnya 1000 -5000 nenek moyang ku. Mereka hidup pada masa yang kurang lebih sama.  Wuih… ribuan...! Sedikit-dikitnya… Sepertinya ke mana-mana aku akan ketemu nenek moyang. Di masa itu kota-kota yang aku sebut itu paling-paling cuma berpenduduk beberapa ribu orang. Separo atau seperempatnya nenek moyang ku? Mungkin... Hehehe... Untuk ku itu pengalaman yang menarik sekali. 

Jadi... Kalau silsilah dibalik, sekarang ini mungkin aku punya 1 juta saudara yang berdarah Solo Boyolali Wonogiri Yogya? Atau, kalau mengingat Pedigree Collapse, minimal beberapa puluh atau beberapa ratus ribu, hanya dalam waktu 600 tahun? 

Hei, teman yang asal Semarang, Boyolali, Solo, Yogya… Olly, Bedjo, Hadi P, Luki, Nani, Tita, Saras, Honni, Cimuk, Suryono W, Ningrum… Mungkin kamu saudara biologis ku, lho… Salah satu dari sekian ribu nenek moyang kita zaman akhir Majapahit mungkin sama. Hehehe… (Tidak perlu sampai Adam).

Kalau dari zaman Konghucu

Bagaimana kalau diurutkan sampai zaman Konghucu, 2500 tahun lalu? (Di Jawa entah bagaimana waktu itu). Aku hitung, teoretis, aku, kamu, kita semua bersama2, punya 1 trilyun trilyun nenek moyang. Tapi kan ada pedigree collapse. Anggap 1 trilyun? Kebanyakan... Diskon. 10 milyar? Masih kebanyakan. Sekarang saja jumlah penduduk dunia cuma 9 milyar... Jadi mau diskon berapa? Harga pas, 1 milyar, ya. Tapi itu sudah lebih banyak dari jumlah penduduk bumi saat itu.... Anggap 100 juta. Pas... Nenek moyang kita itu jumlahnya segitu. 

Artinya? Mungkin sekali kita semua ini saudara beneran. Saudara biologis. Bukan cuma basa basi sebut saudara. Tapi secara biologis bersaudara. 

** Ditulis ulang dari tulisan saya di Buku Kenangan 50 tahun lulus FKUI Diamonds 73 Plus

Tambahan

•  Perkiraan penduduk dunia 2500 tahun lalu adalah 100 - 200 juta orang.

•  Perkiraan penduduk Indonesia, 1 - 2 juta orang. 

No comments:

Post a Comment