Tulisan ini saya susun khusus untuk teman-teman di Indonesia, mengingat masih banyak informasi simpang siur membingungkan tentang vitamin D yang beredar di media sosial. Tak jarang, video atau pernyataan dari influencer kesehatan—baik dokter ahli maupun orang awam—tidak akurat, bahkan menyesatkan. Beberapa masih mengutip pedoman Endocrine Society tahun 2011, padahal sudah ada pembaruan penting pada tahun 2024.
Apa yang Berubah di Pedoman 2024?
Tidak Ada Lagi Batas Kadar Vitamin D
Pedoman 2011 menyebutkan kadar vitamin D minimal harus 30 ng/mL untuk dianggap cukup. Namun, di pedoman terbaru tahun 2024, tidak lagi disebutkan batas kadar yang dianggap cukup, kurang, atau defisiensi untuk masyarakat umum. Kadar vitamin D biasanya diukur dalam bentuk 25(OH)D, singkatan dari 25-hidroksivitamin D.
-
Tidak Disarankan Melakukan Pemeriksaan Kadar Vitamin D Rutin
Pemeriksaan kadar vitamin D tidak dianjurkan untuk orang sehat, termasuk mereka yang berkulit gelap, lansia, hamil, mengalami obesitas, atau jarang terkena sinar matahari. Pemeriksaan hanya dianjurkan jika ada indikasi klinis yang jelas (lihat di bawah).
-
Suplemen Diperbolehkan untuk Semua Orang
Setiap orang, dari anak-anak hingga lansia, boleh (bukan disuruh) mengonsumsi suplemen vitamin D dengan dosis harian yang wajar. Untuk dewasa, dosis sekitar 600–1000 IU per hari dianggap aman dan mencukupi.
-
Siapa Saja yang Dianjurkan Minum Vitamin D?
Kelompok yang secara aktif dianjurkan minum suplemen vitamin D, adalah:
-
Lansia usia 75 tahun ke atas
-
Ibu hamil
-
Orang dengan risiko prediabetes
Meskipun tidak disebutkan dosis spesifik, dalam praktik klinis, dosis 1000–3000 IU per hari dinilai wajar untuk kelompok ini.
-
-
Sebaiknya Dosis Harian, Bukan Mingguan atau Bulanan
Endocrine Society menyarankan pemberian vitamin D secara harian. Namun, meskipun tidak dibahas eksplisit dalam pedoman, untuk orang sehat di bawah 75 tahun, penggabungan dosis mingguan seperti 5000 IU sebanyak 1–2 kali per minggu secara praktis dapat diterima.
Apa Artinya Ini untuk Kita?
Banyak orang selama ini rutin memeriksa kadar vitamin D, meski tidak ada keluhan atau indikasi medis. Laboratorium juga secara aktif menawarkan pemeriksaan ini. Padahal, pedoman terbaru tidak lagi menyarankan hal tersebut. Pemeriksaan ini sebaiknya dilakukan hanya jika ada alasan klinis yang jelas, seperti gangguan tulang, malabsorpsi, atau penggunaan obat tertentu.
Artinya, Anda tidak perlu terburu-buru memeriksa kadar vitamin D jika tubuh Anda sehat dan tidak memiliki keluhan yang mencurigakan.
Kesimpulan
Pedoman Endocrine Society 2024 menandai perubahan besar dalam cara kita memahami dan menggunakan vitamin D:
-
Tidak ada lagi target kadar darah yang harus dikejar.
-
Tidak perlu periksa kadar vitamin D secara rutin.
-
Suplemen vitamin D aman digunakan oleh siapa saja dalam dosis wajar. Bukan dosis tinggi seperti dianjurkan oleh sebagian influencer. Bisa berbahaya.
-
Beberapa kelompok memang dianjurkan mengonsumsinya secara rutin.
Sebelum mengikuti saran dari media sosial, selalu periksa sumbernya. Apakah pedoman yang digunakan masih tahun 2011? Yang berlaku sekarang adalah pedoman tahun 2024, yang lebih relevan dengan pemahaman ilmu kedokteran terkini.
Jangan mudah percaya berita medsos...
No comments:
Post a Comment