Untung Rugi Berbagi Data Genom bagi Indonesia
Dr. E. Nugroho
Genom itu apa? Genom adalah seluruh informasi genetik (gampang nya: kumpulan sifat2) yang tersimpan dalam DNA (asam deoksiribonukleat) atau RNA (asam ribonukleat). Ada genom manusia, ada genom hewan, tumbuhan, kuman atau virus. Semua sifat manusia, hidung mancung atau pesek, mata biru atau coklat, kulit putih atau gelap, tinggi atau pendek, sifatnya pemarah atau santai, suka menolong orang atau tidak (rakyat Indonesia paling gemar kasih sedekah,; nomor 1 di dunia), semua itu tertulis di genom. Kita terbagus dalam gen atau sifat sedekah.
Genom manusia terdiri dari sekitar 3 miliar pasangan basa DNA yang menentukan sekitar 20.000-25.000 gen alias sifat manusia... Aneh ya. Ternyata penentu sifat itu berupa molekul. Penelitian genom manusia juga bisa membantu memahami penyakit, seperti kanker, diabetes, atau penyakit genetik lainnya, serta respons terhadap obat. Juga bisa untuk membuat obat!
Berbagi data genom merupakan topik yang memunculkan perdebatan antara manfaat jangka panjang dan risiko jangka pendek. Indonesia, dengan keanekaragaman genetik yang luar biasa, berada di posisi bagus untuk ikut serta dalam penelitian global. Namun, bagaimana data ini dikelola dan dimanfaatkan menjadi kunci agar keuntungan bisa diraih tanpa melibatkan risiko eksploitatif.
Pelajaran dari Cina: Kasus vaksin Covid
Pelajaran penting bisa dilihat dari kasus data genom virus COVID-19 yang pertama kali dibagikan oleh pemerintah Cina pada awal 2020. Pemerintah Cina, demi perkembangan ilmu pengetahuan dan demi kemanusiaan, agar Covid bisa diatasi, membagi data genom Covid.
Pada tanggal 11 Januari 2020, pemerintah Cina mempublikasikan data genom virus SARS-CoV-2 secara online, yang dapat diakses oleh para ilmuwan di seluruh dunia. Jepang, Eropa, Amerika, tidak mungkin punya data itu. Karena penyakit baru ada di Cina. Data tadi segera dipelajari di berbagai belahan dunia... dan ... ...
Dalam waktu kurang dari satu minggu, beberapa perusahaan farmasi di Amerika Serikat seperti Moderna dan Pfizer langsung menggunakan data ini untuk mendesain prototipe vaksin berbasis teknologi mRNA. Vaksin segera dipatenkan, mendatangkan keuntungan finansial yang luar biasa besar bagi perusahaan-perusahaan tersebut. Cina dapat apa? Tidak dapat apa2. Tapi orang yang tahu akan bilang, berkat kebaikan Cina berbagi genom, vaksin bisa cepat dibuat dan jutaan manusia diselamatkan. Cina tidak menuntut imbalan apa2. Kok perusahaan2 farmasi AS bisa langsung bikin vaksin dalam waktu 1 minggu? Karena mereka telah lama bersiap2. Mereka telah lama mempelajari virus corona. Maka begitu tahu genom Covid, tidak sulit bagi mereka untuk mengutik2 vaksin tadi. Artinya juga, model2 virus sejenis Covid sudah puluhan tahun disimpan dan dipelajari mereka. Apa Covid berasal dari situ??. Tidak ada yang tahu... Cuma saya percaya, tidak ada orang normal yang berani sengaja melepas virus. Entah kalau ada yang gila.
Kritik
Masyarakat dunia mendapat vaksin dalam waktu yang cepat. Tapi kritik muncul; negara-negara berkembang seperti Indonesia tidak mendapatkan akses yang setara ke hasil riset dan paten ini. Semua vaksin awal diborong oleh negara2 barat dan Amerika. Curang bukan...
Keuntungan Berbagi Data Genom bagi Indonesia
Dengan berbagi data genom, ilmuwan Indonesia dapat terlibat dalam kolaborasi riset global. Misalnya, studi tentang keragaman genetik populasi Indonesia dapat membantu memahami risiko penyakit spesifik seperti diabetes, kanker, atau penyakit menular.
Keikutsertaan dalam berbagi data bisa memberikan akses lebih cepat ke hasil riset, seperti obat atau vaksin baru. Negara-negara yang terlibat dalam penelitian sering kali mendapatkan akses prioritas. Jika data genom dimanfaatkan secara komersial, Indonesia bisa mendapatkan royalti atau keuntungan finansial dari paten hasil kolaborasi. Contoh ini dapat dilihat pada negosiasi beberapa negara Afrika yang berbagi data untuk riset malaria.
Eksploitasi oleh Negara Asing
Kasus Cina dalam hal berbagi genom COVID harus selalu diingat. Jangan pernah berbagi tanpa perjanjian. Karena data yang dibagikan oleh Indonesia bisa dimanfaatkan sepihak oleh negara atau perusahaan lain untuk keuntungan besar tanpa kompensasi yang adil bagi negara sumber. Untuk itu perlu regulasi tentang data genom di Indonesia. Sayang sepertinya ini masih lemah.
Dalam kasus flu burung, menteri kesehatan waktu itu Fadilah S, membuat perjanjian tersendiri dengan pihak yang mengambil sampel (bukan data genom). Itu patut diacungi jempol (meski kemudian dia dipenjara karena korupsi, dan sekarang sering bikin hoax). Waktu itu dia berjasa.
Pemerintah perlu membuat aturan yang memastikan data genom hanya digunakan untuk tujuan yang disetujui dan memberi manfaat langsung bagi Indonesia. Setiap kerja sama berbagi data harus mencakup perjanjian pembagian keuntungan yang adil, baik dalam bentuk royalti maupun akses prioritas ke hasil riset.
Kesimpulan
Berbagi data genom adalah langkah strategis yang penuh peluang, tetapi juga membawa risiko jika tidak dikelola dengan baik. Kasus COVID-19 menunjukkan pentingnya pengaturan yang adil dalam berbagi data, di mana pihak yang memberikan kontribusi data sering kali tidak mendapatkan keuntungan yang proporsional. Bagi Indonesia, berbagi data genom bisa menjadi alat untuk memajukan ilmu pengetahuan dan ekonomi, tetapi harus disertai dengan regulasi yang melindungi kepentingan nasional dan memastikan manfaat langsung bagi masyarakat.
EN